Provinsi Sumatera Barat memiliki berbagai cerita unik di balik nama-nama wilayahnya. Kisah-kisah ini melibatkan konteks sejarah dan mitos yang masih dipercaya hingga saat ini, memberikan asal-usul penamaan berbagai wilayah tersebut.
1. Payakumbuh
Payakumbuh merupakan salah satu nama kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang berasal dari singkatan. Nama Payakumbuh sebenarnya adalah singkatan dari ‘payau nan kumbuah’, yang artinya rawa-rawa dengan banyak tanaman yang tumbuh.
2. Sawahlunto
Sawahlunto juga merupakan nama kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang berasal dari singkatan. Nama Sawahlunto sebenarnya merupakan singkatan dari ‘sawah lun tau’, yang merujuk pada nama pohon yang dulunya banyak tumbuh di sekitar sawah.
3. Dharmasraya
Dharmasraya menjadi salah satu nama kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang berasal dari singkatan. Nama Dharmasraya sebenarnya adalah singkatan dari ‘dharma dan asraya’, yang berarti tingkah laku dan tempat berlindung.
4. Bukit Tinggi
Bukittinggi juga merupakan salah satu nama kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang berasal dari singkatan. Ternyata, Bukittinggi merupakan singkatan dari kalimat ‘bukit nan tatinggi’, yang berarti sebuah bukit yang tinggi.
5. Sijunjung
Sijunjung merupakan nama kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang berasal dari singkatan. Kata Sijunjung sebenarnya adalah singkatan dari ‘Si niar Puti Junjuang’, yang merupakan nama dan gelar kebangsawanan salah satu putri raja setempat.
6. Limapuluh Kota
Dalam sejarahnya, disebut bahwa penamaan daerah tersebut didasarkan usai kedatangan 50 orang dari Pariangan Padang Panjang untuk mencari wilayah pemukiman di kaki Gunung Sago. Rombongan yang awalnya berjumlah 50 orang tersebut terus mengalami pengurangan dan menjadi asal usul nama daerah lain, sebelum ke lokasi yaitu Padang Siantah. Begitu pula dengan asal usul Labuah Basilang yang menjadi tempat mereka berpisah dan melanjutkan menuju arah yang mereka suka, hingga Tanjung Himpun dimana mereka berkumpul.
7. Kecamatan 2 x11 Enam Lingkung
Penamaan daerah tersebut didasarkan dari 2 kelompok yang memiliki perbedaan sistem kekuasaan adat, di mana jumlah suku masing-masingnya bertotal sebanyak 11. Kelompok tersebut terbagi dari berdasarkan 5 nagari yaitu Sicincin, Kayutanam, Kapalo Hilalang, Guguak dan Anduriang. Di mana Sicincin dan Kapalo Hilalang, adalah kelompok pertama. Sicincin punya 5 suku dan Kapalo Hilalang 6 suku dengan jumlahnya adalah 11 sebagai kelompok pertama. Begitu pula dengan jumlah suku di kelompok kedua yang juga bertotal 11 dari daerah Kayutanam (3 suku), Anduriang (4 suku) dan Guguak (4 suku). Sementara untuk keterangan enam lingkung adalah sebuah wilayah yang melingkupi 6 nagari saat itu yaitu Pakandangan, Parik Malintang, Toboh Ketek, Pakan Baru (aslinya Sungai Asam dan Lubuak Pandan), dan Koto Tinggi. Jadi 2×11 adalah dua kelompok nagari yang masing-masing punya 11 suku, 6 lingkuang maksudnya enam nagari dalam satu lingkungan adat di bawah rajo adat.
8. Padang Pariaman
Menurut buku sejarah kota Padang tulisan Mardana Sofwan dan kawan-kawan arti dari Padang yaitu suatu Daratan yang luas. Sedangkan menurut Hamka nama Pariaman berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu Bari Aman yang artinya kira-kira tanah daratan yang aman Sentosa Menurut sumber literatur lainnya. Nama Pariaman juga ada yang menyebut berasal dari singkatan Parit Naman arti dari parik nan aman kurang lebih yaitu pelabuhan yang aman pelabuhan yang aman tersebut merujuk kepada kapal-kapal yang singgah di bandar-bandar rantau Pariaman yang bisa berdagang dan bertransaksi dengan aman.
(Dirangkum dari berbagai sumber)